SISTEM PERULANGAN BAHASA KERINCI DIALEK RAWANG
Sari
Dalam struktur bahasa Kerinci terdapat gejala munculnya dua bentuk atau lebih pada
kata dasar bila kata dasar tersebut digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini secara
langsung akan berpengaruh pula terhadap reduplikasi dan kata ulang yang dihasilkan. Karena
adanya variasi bentuk kata ulang BKDR maka makna perulangannaya akan berbeda sesuai
dengan kalimat yang digunakan. Contoh kata nyibik „cubit‟ memiliki variasi bentuk nyibungk,
cibungk, dan cibik. Pada kata ulang bentuk pertama akan menghasilkan makna yang
berhubungan dengan pekerjaan, makna bentuk kata ulang yang kedua adalah perbuatan yang
dilakukan berulang-ulang, makna kata ulang ketiga adalah perbuatan yang dilakukan dengan
enak santai. Meskipun begitu, kata ulang ini berasal dari kata dasar yang sama yaitu cibik
(cubit). Oleh karena itu, penelitian kata ulang bahasa kerinci dialek Rawang penting dilakukan.
Hal ini dikarenakan 1. Dalam BKDR terdapat gejala munculnya dua bentuk atau lebih pada
sebuah kata dasar yang akan berpengaruh pada proses pengulangan, 2. Kata ulang BKDR tidak
hanya memiliki makna gramatika tetapi juga memiliki makna non gramatika pada bentuk kata
ulang yang sama
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Jenis data
dalam penelitian ini adalah data lisan berupa kata ulang yang digunakan informan sebagai
penur bahasa Kerinci Dialek Rawang. Sumber data adalah informan yang dipilih bedasarkan
kriteria tetentu berusia pertengahan, pendidikannya tidak terlalu tinggi tetapi tidak pula buta
huruf, penduduk asli dan menguasai dialeknya dengan baik, karena data bersifat homogen
maka informan hanya dibatasi 4 orang yang dipilih secara acak dari beberapa desa di
Hamparan Rawang. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang
dilengkapi dengan alat tulis dan alat perekam. Instrumen pembantu berupa alat pedoman
wawancara yaitu daftar tanyaan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik
cakap. Teknik cakap terdiri dari a. Teknik dasar, b. Teknik pancing, c. Teknik lanjutan cakap
semuka, d. Teknik cakap tan semuka dan e. Teknik lanjutan dan f. Teknik catat. Pengumpulan
data dilakukan dengan melakukan wawancara dengan informan. Teknik analisis data berupa 1.
Mengumpulkan dan mencatat data, 2. Data yang terkumpul diklasifikasikan dan dipisahkan
menurut kriteria data yang telah ditentukan, 3. Data yang terkumpul dianalisis dengan langkahlangkah
sesuai dengan masalah penelitian.
Dari penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa munculnya dua bentuk atau lebih
pada kata ulang BKDR merupakan bentuk khusus. Maksudnya ialah perubahan pada bentuk
perulangan merupakan komponen bunyi, jadi meskipun bentuk dan maknanya berubah namun
akan tetap memiliki kesatuan morfologis. Bentuk kata ulang BKDR yaitu kata ulang utuh, kata
ulang sebagian, Karena adanya variasi bentuk kata ulang BKDR maka makna perulangannaya
akan berbeda sesuai dengan kalimat yang digunakan memiliki bentuk yang beragam yaitu kata
ulang utuh, kata ulang sebagaian, kata ulang berkombinasi dengan afiks dan kata ulang
perubahan fonem. Makna yang dihasilakn oleh kata ulang BKDR adalah makna gramtika
menyatakan banyak, menyatakan berhubungan dengan kata yang diterangkan, menyatakan
makna tak bersayarat, menyatakan menyerupai, menyatakan saling, menyatakan hal yang
berhubungan dengan pekerjaan, menyatakan intensitas perasaan, menyatakan tingkat paling
tinggi, menyatakan agak, menyatakan perbuatan berulang-ulang, dan menyatakan perbuatan
yang dilakukan dengan santai. Makna non gramatika yang dihasilkan pada kata ulang BKDR
adalah makna idiomatis yang tidak bisa diprediksi secara langsung. Makna tersebut muncul
berdasarkan konvensi kesepakatan berbahasa masyarakat penuturnya
kata dasar bila kata dasar tersebut digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini secara
langsung akan berpengaruh pula terhadap reduplikasi dan kata ulang yang dihasilkan. Karena
adanya variasi bentuk kata ulang BKDR maka makna perulangannaya akan berbeda sesuai
dengan kalimat yang digunakan. Contoh kata nyibik „cubit‟ memiliki variasi bentuk nyibungk,
cibungk, dan cibik. Pada kata ulang bentuk pertama akan menghasilkan makna yang
berhubungan dengan pekerjaan, makna bentuk kata ulang yang kedua adalah perbuatan yang
dilakukan berulang-ulang, makna kata ulang ketiga adalah perbuatan yang dilakukan dengan
enak santai. Meskipun begitu, kata ulang ini berasal dari kata dasar yang sama yaitu cibik
(cubit). Oleh karena itu, penelitian kata ulang bahasa kerinci dialek Rawang penting dilakukan.
Hal ini dikarenakan 1. Dalam BKDR terdapat gejala munculnya dua bentuk atau lebih pada
sebuah kata dasar yang akan berpengaruh pada proses pengulangan, 2. Kata ulang BKDR tidak
hanya memiliki makna gramatika tetapi juga memiliki makna non gramatika pada bentuk kata
ulang yang sama
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Jenis data
dalam penelitian ini adalah data lisan berupa kata ulang yang digunakan informan sebagai
penur bahasa Kerinci Dialek Rawang. Sumber data adalah informan yang dipilih bedasarkan
kriteria tetentu berusia pertengahan, pendidikannya tidak terlalu tinggi tetapi tidak pula buta
huruf, penduduk asli dan menguasai dialeknya dengan baik, karena data bersifat homogen
maka informan hanya dibatasi 4 orang yang dipilih secara acak dari beberapa desa di
Hamparan Rawang. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang
dilengkapi dengan alat tulis dan alat perekam. Instrumen pembantu berupa alat pedoman
wawancara yaitu daftar tanyaan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik
cakap. Teknik cakap terdiri dari a. Teknik dasar, b. Teknik pancing, c. Teknik lanjutan cakap
semuka, d. Teknik cakap tan semuka dan e. Teknik lanjutan dan f. Teknik catat. Pengumpulan
data dilakukan dengan melakukan wawancara dengan informan. Teknik analisis data berupa 1.
Mengumpulkan dan mencatat data, 2. Data yang terkumpul diklasifikasikan dan dipisahkan
menurut kriteria data yang telah ditentukan, 3. Data yang terkumpul dianalisis dengan langkahlangkah
sesuai dengan masalah penelitian.
Dari penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa munculnya dua bentuk atau lebih
pada kata ulang BKDR merupakan bentuk khusus. Maksudnya ialah perubahan pada bentuk
perulangan merupakan komponen bunyi, jadi meskipun bentuk dan maknanya berubah namun
akan tetap memiliki kesatuan morfologis. Bentuk kata ulang BKDR yaitu kata ulang utuh, kata
ulang sebagian, Karena adanya variasi bentuk kata ulang BKDR maka makna perulangannaya
akan berbeda sesuai dengan kalimat yang digunakan memiliki bentuk yang beragam yaitu kata
ulang utuh, kata ulang sebagaian, kata ulang berkombinasi dengan afiks dan kata ulang
perubahan fonem. Makna yang dihasilakn oleh kata ulang BKDR adalah makna gramtika
menyatakan banyak, menyatakan berhubungan dengan kata yang diterangkan, menyatakan
makna tak bersayarat, menyatakan menyerupai, menyatakan saling, menyatakan hal yang
berhubungan dengan pekerjaan, menyatakan intensitas perasaan, menyatakan tingkat paling
tinggi, menyatakan agak, menyatakan perbuatan berulang-ulang, dan menyatakan perbuatan
yang dilakukan dengan santai. Makna non gramatika yang dihasilkan pada kata ulang BKDR
adalah makna idiomatis yang tidak bisa diprediksi secara langsung. Makna tersebut muncul
berdasarkan konvensi kesepakatan berbahasa masyarakat penuturnya
Teks Lengkap:
PDFDOI: https://doi.org/10.33559/mi.v12i1.556
Article Metrics
Sari view : 380 timesPDF - 385 times
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
##submission.copyrightStatement##
INDEXED BY :
Lembaga Penelitian & Pengabdian Masyarakat (LPPM). Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat
Jl. Pasir Kandang No.4, Pasie Nan Tigo, Kec. Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat 25586.
Email : lppmumsb@gmail.com
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.